RSS

Masih Pentingkah Kita Berbeda? [a film review]

13 Apr

Satu lagi film karya Hanung Bramantyo yang bagus untuk dilihat, terakhir saya nonton Perempuan Berkalung Sorban di awal tahun 2009 (reviewnya bisa dilihat di sini). Salah satu hal yang saya suka di film ini adalah ke-multiplot-annya, terakhir menemukan multiplot bagus itu di film LOVE produksi 2008.

Mengambil setting di Pasar Baru – Semarang pada medio 2010, film ? bercerita tentang perbedaan etnis dan gesekan-gesekan yang mungkin terjadi di dalamnya. Rika -seorang janda cerai beranak satu yang pindah agama dari Islam menjadi Katholik- menjalankan bisnis toko buku, sambil ditemani Surya -seorang figuran film- dalam melewatkan hari-harinya. Lalu ada Menuk, seorang istri cantik nan solehah, dan punya seorang suami bernama Soleh yang sangat butuh pengakuan menjadi seorang lelaki di mata istrinya, padahal Menuk mencintai Soleh tanpa syarat dan tak perlu pengakuan. Menuk bekerja di restoran milik pasangan tionghoa Tan Kat Sun – Lim Giok Lie, selain menjual makanan berbahan utama babi, restoran itu juga menjual makanan lainnya dari ayam dan sapi, dengan alat masak dan bumbu yang berbeda dengan yang dipakai untuk mengolah daging babi. Pasangan tionghoa ini mempunyai anak yang tampan, rupawan, gagah, perkasa, tapi suka melawan mereka, bernama Ping Hen.

Conflict of interest di film ini ya banyak, secara ada tiga kultur yang berbeda, dari mulai pemilihan peran di pementasan teater untuk Paskah, libur lebaran untuk para pekerja di restoran cina, dan banyaaak lagi. Saya sendiri sih gak mau nyeritain, takutnya jadi spoiler, karena film ini enak untuk diikuti alurnya, walaupun pada beberapa bagian ada yang masih terlihat melompat-lompat.

Quote-quote yang terdapat di film ini juga bagus-bagus, yang paling saya ingat di film ini adalah saat Rika bilang ke Surya, “Saya bercerai bukan karena saya mengkhianati Mas Panji, saya juga pindah agama bukan karena saya mengkhianati Tuhan!”. Lalu saat Nyonya Lie menasihati Menuk tentang pernikahan, “Menikah ibarat kapal. Yang satu mendayung, yang satu menunjukkan arah. Jika lelah, bisa berganti peran.”. Ada lagi yang lain, saat Surya bertanya pada Pak Ustadz, bagaimana caranya agar bisa dihormati orang lain, Pak Ustadz menjawab “Kalau ingin dihormati orang lain, jangan pernah berpikiran bahwa kita harus dihormati orang lain.”

Akting para pemeran di film ini tak bisa dipukul rata, ada yang bagus ada yang enggak. Akting yang menurut saya natural adalah akting Revalina dan Agus Kuncoro, walaupun Reva masih terlihat seperti Annisa di film Perempuan Berkalung Sorban. Agus Kuncoro jenaka sekali di sini, setiap adegan yang ada dia-nya hampir selalu membuat penonton tertawa. Saya lebih suka melihat akting Rio Dewanto di FTV sebagai pemuda unyu, dibandingkan sosok anak tionghoa yang garang dan berangasan. Sementara Reza Rahadian, apa mau dikata, aktingnya kok membosankan ya, seperti terjebak dalam sebuah stereotip karakter (silakan lihat aktingnya di Perempuan Berkalung Sorban dan Emak ingin Naik Haji). Dan tidak ada cast kakek-kakek cina yang lebih sempurna selain Henky Sulaiman, mengingatkan saya akan perannya dalam film CINtA garapan Steven Facius.

Akhir kata, film ini sangatlah layak untuk ditonton para kaum konservatif di negeri ini. Selamat, Mas Hanung, suah bisa membuat saya menangis (lagi) saat menonton film. :p

Cast:
Soleh – Reza Rahadian
Menuk – Revalina S. Temat
Rika – Endhita
Surya – Agus Kuncoro
Ping Hen – Rio Dewanto (kyaaa!!)
Tan Kat Sun – Henky Sulaiman
Doni – Glenn Friedly
Pak Ustadz – David Chalik
Istrinya + Anaknya Pak Ustadz – Istrinya + Anaknya Pak Sutradara

Pesan Moral: masuk gereja, bukan berarti masuk kristen loh.

Infoplus: Film hasil kolaborasi Dapur Film dan Mahaka Pictures ini sengaja diberi judul ? (baca Tanda Tanya) untuk memberikan keleluasan kepada para penonton dalam menyimpulkan makna dari keseluruhan cerita. Selanjutnya dari kesimpulan tersebut penonton berpartisipasi memberikan judul filmnya dengan mengirimkan sms ke 3230 (ketikTTNAMA#USIA#JENIS KELAMIN#KOTA#JAWABAN). Judul terpilih akan mendapatkan apresiasi sebesar Rp 100 juta,- . dan digunakan sebagai judul pada DVD film serta Novel yang akan segera diterbitkan. Periode pengiriman judul berlaku hingga akhir Juni 2011, pemenang diumumkan pada Juli 2011 pada saat dilakukan peluncuran Novel dan DVD Filmnya. Penjurian judul dilakukan oleh Hanung Bramantyo, Erick Thohir (Produser Eksekutif) dan beberapa pihak yang kompeten.

 
Leave a comment

Posted by on 04/13/2011 in Film, Review

 

Leave a comment